Kiai Azaim Ibrahimy Ungkap Konsep Segi Tiga Emas

Guluk-Guluk, MASA.SCH.ID

Guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan, memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi teladan. Dalam konteks ini, spiritualitas pendidik menjadi salah satu kunci dalam menciptakan generasi yang tidak hanya pintar tetapi juga berbudi luhur.

Pernyataan tersebut disampaikan KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, saat memberi penguatan spiritual kepada Dewan Guru Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Guluk-Guluk, Jumat (28/02/2025) di pendopo pengasuh.

Menurutnya, guru yang memiliki nilai-nilai spiritualitas yang baik tidak hanya menyampaikan pelajaran, tetapi juga memberikan cahaya kepada siswa melalui teladan.

“Spiritualitas tidak harus diwujudkan dalam bentuk ceramah agama atau ritual formal, tetapi melalui tindakan nyata seperti kejujuran, kasih sayang, keadilan, dan kedisiplinan. Guru yang mampu mencerminkan nilai-nilai ini secara konsisten akan menjadi panutan yang kuat bagi siswa,” jelasnya saat acara Rihlah Ruhiyah dan Silaturrahim MA 1 Annuqayah ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo.

Alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini menyatakan bahwa generasi yang dihadapi saat ini memiliki karakter dan masalah yang mirip, meskipun ada beberapa perbedaan.

“Oleh karena itu, pentingnya kita memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak istimewa dalam proses belajar di madrasah,” tambahnya.

Beliau juga menyitir dawuh dari KHR. Ach. Fawaid As’ad bahwa kunci kesuksesan santri mondok yaitu konsep segi tiga emas yang saling terkait dan terhubung yang erat antara tiga pihak: kiai, santri, dan wali santri.

“Menurut Kiai Fawaid, santri yang belajar di pondok harus sungguh-sungguh giat mengabdi atau berkhidmah dan mengaji serta mendoakan guru dan orang tuanya. Orang tua di rumah harus juga rajin mendoakan anaknya di pesantren dan mengirim bekal anaknya dengan rejeki yang halal,” ungkapnya.

“Sedangkan kiai, pengurus pesantren, dan para guru di pesantren memberi layanan pendidikan dan selalu mendoakan para santri agar mendapat ilmu yang barokah dan bermanfaat. Itulah salah satu kunci sukses dalam pembelajaran di pesantren,” sambungnya.

Kiai Azaim juga menyoroti pengaruh signifikan dari kondisi keluarga, seperti broken home terhadap perilaku anak dan tantangan dalam pendidikan anak.

“Oleh karena itu, perlunya pendekatan spiritual dalam pendidikan, termasuk praktik membaca shalawat untuk membuka hati dan pikiran anak-anak,” ujarnya.

Orang tua perlu memahami bahwa pendidikan adalah proses kolaboratif, bukan semata hak individu. Di sisi lain, guru juga perlu mengembangkan keterampilan komunikasi empatik dan manajemen kelas untuk mengurangi potensi kesalahpahaman.

“Ingat, keberhasilan pendidikan bergantung pada harmoni dalam hubungan antara kiai, santri, dan wali santri. Dalam psikologi, harmoni ini menciptakan lingkungan pendidikan yang aman secara emosional (emotional safety), yang memungkinkan santri berkembang secara optimal, baik dalam aspek intelektual maupun spiritual,” imbuhnya.

Bagaimana membangun harmoni? lanjutnya, penguatan komunikasi terbuka. Membuka ruang dialog antara kiai, santri, dan wali santri untuk menghindari kesalahpahaman.

“Pelibatan orang tua dalam pendidikan; memberi peran aktif kepada orang tua dalam mendukung pendidikan santri. Pengembangan empati dan kesadaran spiritual; mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam proses pendidikan untuk menciptakan hubungan yang lebih manusiawi,” ungkap Kiai Azaim.

Pandangan Kiai Fawaid tentang “Segitiga Emas” merupakan prinsip yang sangat relevan dalam psikologi pendidikan dan sosial.

“Relasi yang harmonis antara kiai, santri, dan wali santri menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam konteks konflik modern, prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan, komunikasi, dan empati untuk menyelesaikan masalah secara damai,” pungkasnya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *