
Guluk-Guluk, MASA.SCH.ID
Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep kembali menggelar peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2025 dengan suasana penuh kehangatan, kekhidmatan, dan semangat pembaruan.
Acara yang dilaksanakan di Aula MA 1 Annuqayah ini dihadiri oleh seluruh dewan guru dan staf, menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali peran guru sebagai pilar utama pendidikan serta penjaga nurani keilmuan, Selasa (25/11/2025).
Acara ini dikemas dengan penyajian materi Pengenalan Kurikulum Berbasis Cinta oleh Bapak Moh. Nurul Hajar, M.Pd. (Pengawas MA Kec. Guluk-Guluk) dan Penyajian materi Motivasi Keguruan oleh K. M. Faizi, M.Hum (Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah).
Setelah sesi penyajian, diadakanlah Penganugerahan Guru Teraktif/Terajin dan Guru Terfavorit MA 1 Annuqayah Tahun Pelajaran 2025/2026.
Kegiatan dimulai pada pagi hari dengan pembukaan resmi oleh pimpinan madrasah.
Dalam sambutannya, KH. A. Farid Hasan selaku Kepala MA 1 Annuqayah menegaskan bahwa Hari Guru Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi ruang untuk melakukan refleksi mendalam bahwa tugas guru bukan hanya mengajar, tetapi membimbing, menuntun, dan membersamai siswa agar tumbuh menjadi manusia berkarakter.
“Kita berdiri di hadapan murid bukan untuk menunjukkan kehebatan kita, tetapi untuk menuntun mereka menemukan kehebatan mereka sendiri,” jelasnya.
Selanjutnya, sesi pertama Peringatan HGN ini diisi dengan penyajian bertema Pengenalan Kurikulum Berbasis Cinta, sebuah gagasan pembelajaran yang berpusat pada kasih sayang, kepedulian, dan penghargaan terhadap potensi unik setiap peserta didik.
Bapak Moh. Nurul Hajar selaku pemateri menekankan bahwa kurikulum tidak boleh berhenti pada aspek pengetahuan, tetapi harus hidup dalam relasi yang penuh empati antara guru dan murid.
“Kurikulum berbasis cinta menekankan tiga pilar utama, yaitu Humanisasi Pembelajaran. Guru hadir bukan sebagai penguasa kelas, tetapi sebagai pendamping yang menguatkan mental dan emosional peserta didik,” urainya.
Kedua, Pembelajaran Berbasis Kearifan. Setiap pengajaran mengakar pada nilai-nilai lokal pesantren, sehingga pendidikan tidak tercerabut dari budaya.
“Ketiga, Kolaborasi dan Kepedulian. Guru diarahkan untuk membuka ruang dialog, membangun komunikasi dua arah, dan menciptakan lingkungan belajar yang aman serta suportif,” terang Bapak Hajar.
Pemateri juga mengaitkan konsep ini dengan tradisi pesantren. “Pesantren telah sejak lama mengajarkan pendidikan berbasis kasih sayang. Para masyayikh mendidik dengan mata kasih sayang, bukan dengan suara keras, tetapi dengan teladan,” tambah Pengawas MA Kec. Guluk-Guluk ini.
Ia menutup penyajiannya dengan pesan mendalam, “Jika guru menanam cinta dalam setiap pelajaran, maka ilmu akan tumbuh dengan sendirinya. Murid mengingat apa yang kita ajarkan, tetapi mereka lebih mengingat bagaimana perasaan yang kita berikan,” pungkasnya.
Dewan Guru MA 1 Annuqayah tampak antusias mengikuti penyajian dikarenakan mendapatkan paradigma baru tentang bagaimana menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyentuh hati.
Memasuki sesi kedua, kegiatan dilanjutkan dengan penyajian bertajuk Motivasi Keguruan. Sesi ini menghadirkan pemateri inspiratif, K. M. Faizi yang mengajak para guru untuk meneguhkan komitmen dalam profesinya sebagai pendidik.
Disampaikan Kiai Faizi bahwa guru ideal adalah guru yang tidak berhenti belajar. Dunia pendidikan bergerak cepat, tuntutan zaman berubah, dan peserta didik memiliki karakter serta tantangan yang berbeda setiap generasi.
“Karenanya, guru harus terus memperbarui diri, baik melalui pelatihan, membaca, diskusi, maupun refleksi berkelanjutan,” jelas Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah ini.
Dalam sesi motivasionalnya, ia menyampaikan beberapa pesan penting bahwa pertama guru itu sebagai pembelajar seumur hidup.
“Belajar bukan hanya urusan murid. Guru yang tidak belajar akan kehilangan cahaya. Maka bacalah setiap hari, berdiskusilah, bertanyalah, dan jangan pernah merasa sudah selesai. Saya sendiri biasa belajar 8 jam dalam sehari semalam,” terangnya.
Kiai Faizi melanjutkan, kedua, keikhlasan sebagai fondasi keguruan. “Kadang kita lelah. Kadang kita merasa tidak dihargai. Tetapi ingatlah, guru bekerja untuk sesuatu yang lebih besar dari pujian manusia. Kita bekerja untuk masa depan bangsa,” tambahnya.
Ketiga, ia menambahkan, perlunya guru memiliki metode mengajar yang baik. “Kalau metode mengajar kita sama selama sepuluh tahun, maka kita sedang menjadi penghambat, bukan penggerak. Berubahlah. Cobalah hal baru. Jangan takut salah,” tandasnya.
Keempat, ia menegaskan kembali bahwa murid mungkin lupa apa yang telah diajarkan, tetapi mereka tidak akan pernah lupa siapa guru yang pernah mengajarnya. “Karena itu, jadilah guru yang bisa dirindukan, bukan guru yang hanya ditakuti,” pungkasnya.
Di akhir penyajian, beliau menutup dengan seruan penuh semangat, “Teruslah belajar! Karena ketika guru berhenti belajar, saat itulah masa depan murid ikut berhenti,” harapnya.
Peringatan Hari Guru Nasional MA 1 Annuqayah tahun ini ditutup dengan doa bersama, sebagai ungkapan syukur atas dedikasi para guru yang selama ini telah menuntun generasi muda menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlak.
Melalui dua sesi penyajian yang padat dan penuh makna, acara ini menjadi peneguh bahwa pendidikan adalah kerja cinta, dan guru adalah lilin yang menerangi tanpa pamrih.
Dengan semangat Hari Guru Nasional 2025, MA 1 Annuqayah berharap seluruh pendidik dapat terus menjaga nyala semangat, memperkaya wawasan, serta melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan pesantren, “mengajar dengan hati, mendidik dengan cinta.”





