Siswa MA 1 Annuqayah Ikuti Diklat Kepenulisan, Bahas Puisi Religius hingga Esai di Era Digital

Guluk-Guluk, MASA.SCH.ID

OSIS Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep kembali menunjukkan komitmennya dalam menghidupkan budaya literasi.

Pada Rabu-Kamis (24-25/09/2025), lembaga OSIS MA 1 Annuqayah menggelar Diklat Kepenulisan yang dipusatkan di Aula MA 1 Annuqayah. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 50 siswa dari kelas X hingga XII.

Diklat ini menghadirkan dua pemateri utama. Pertama, Bapak Mahendra Cipta, penyair muda asal Sumenep yang membawakan materi “Menulis Puisi Religius sebagai Ekspresi Jiwa Siswa”. Kedua, Bapak Paisun, M.Pd., seorang esais dan dosen literasi, dengan materi “Menulis Esai di Era Digital”.

Dalam sambutannya, Bapak Moh. Khalili selaku Pembina OSIS MA 1 Annuqayah menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu ikhtiar madrasah dalam melahirkan generasi santri yang produktif dan inspiratif.

“Menulis bukan hanya keterampilan akademik, tetapi juga bagian dari dakwah bil qalam. Dengan tulisan, siswa dapat terus berkarya, memberi manfaat, dan menjaga tradisi keilmuan Islam. Kita ingin siswa terbiasa menulis, karena tulisan adalah warisan yang lebih abadi dibandingkan ucapan lisan. Satu karya tulis bisa memberi pengaruh lintas generasi, meskipun penulisnya sudah tiada,” ungkapnya.

Pada sesi menulis puisi, Mahendra Cipta mengajak peserta untuk menjadikan pengalaman spiritual sebagai sumber inspirasi. Ia menekankan bahwa siswa tidak perlu takut untuk menuangkan perasaan dalam bentuk bait-bait sederhana.

“Puisi religius adalah cara seorang siswa berdialog dengan Tuhannya, sekaligus mengajak pembaca merasakan keindahan iman. Banyak orang beranggapan bahwa menulis puisi harus indah dan rumit, padahal sejatinya puisi lahir dari kejujuran hati,” tuturnya.

Menurutnya, ketika seseorang resah, bersyukur, atau bahkan rindu pada Allah dan Rasul-Nya, maka perasaan itu bisa diubah menjadi puisi.

“Jangan takut salah diksi, jangan takut dianggap sederhana. Justru dari kesederhanaan kata-kata yang tulus, lahir puisi yang menggetarkan jiwa pembaca,” jelas Pengurus Dewan Kesenian Jawa Timur ini.

Sementara itu, Bapak Paisun menekankan pentingnya menulis esai di era digital. Menurutnya, esai dapat menjadi sarana bagi santri untuk mengasah daya pikir kritis sekaligus menyebarkan pemikiran yang bernuansa positif.

“Esai adalah ruang dialog intelektual antara penulis dengan pembaca. Dengan esai, seorang siswa dapat menyampaikan pemikiran secara kritis namun tetap santun,” ungkapnya.

Di era digital, kita sering dibanjiri informasi yang tidak jelas sumbernya. Siswa harus hadir sebagai penulis yang memberikan pencerahan.

“Jangan hanya jadi pembaca pasif atau pengikut arus media sosial, tetapi beranilah menyumbang gagasan yang menyejukkan. Tulislah refleksi dari kehidupan sehari-hari, pengalaman di madrasah, atau pandangan keislaman yang rahmatan lil ‘alamin. Dengan begitu, esai kita akan relevan dan bernilai dakwah,” paparnya dengan penuh semangat.

Salah satu peserta, Muhammad Hady, mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini.

“Saya biasanya hanya menulis di buku harian tanpa tahu teknik yang benar. Dari diklat ini, saya jadi tahu bagaimana menuangkan perasaan menjadi puisi yang lebih terarah. Saya juga belajar bahwa menulis esai bisa menjadi cara siswa menyampaikan gagasan kepada masyarakat luas. Rasanya sangat berharga sekali,” ujarnya.

Peserta lain, Ekil juga menuturkan hal serupa.

“Kegiatan ini membuka wawasan saya. Selama ini saya suka membaca tulisan di media sosial, tapi tidak pernah berani menulis. Setelah ikut diklat, saya jadi punya keberanian. Ternyata menulis tidak sesulit yang dibayangkan, asalkan kita mau mencoba,” tuturnya penuh semangat.

Ketua panitia, Nafili Ziyad, berharap diklat ini menjadi pijakan lahirnya penulis-penulis muda di lingkungan pesantren dan madrasah.

“Kami ingin siswa terbiasa menulis sejak dini. Semoga dari kegiatan ini lahir penulis-penulis yang mampu mengharumkan nama pesantren dan madrasah, sekaligus memberi kontribusi positif bagi umat dan bangsa,” ujarnya.

Dengan terselenggaranya diklat ini, OSIS MA 1 Annuqayah menegaskan komitmennya untuk memperkuat tradisi dan budaya literasi pesantren sekaligus menjadikan menulis sebagai bagian dari pengabdian siswa kepada masyarakat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *